Semua yang ada di dunia bergerak mengikuti proses begitu juga dengan KAMI.
Alam terseleksi melalui evolusi
Manusia berproses dengan regenerasi
Manusia berproses dengan regenerasi
Sebuah keharusan yang terjadi pada seluruh makhluk hidup bahwa semua yang
dijalani akan mengarah pada kematian sebagai titik akhir berhentinya proses.
Pemaknaan akan proses sangat penting guna menjaga eksistensi gerak dalam
mencapai sebuah tujuan. Adanya dinamika yang terus berjalan mengajarkan
seseorang sebuah arti "survive" dalam melihat persoalan yang semakin
kompleks. Dunia kini tidak lagi sama, bumi semakin tua, manusia semakin
serakah, bahkan kita pun tak lagi saling menoleh. Butuh perhatian kecil saat
ini sehingga semua dari kita akan tersadar untuk saling menjaga dan membesarkan
satu sama lain.
Manusia tercipta sebagai insan cerdas, dilengkapi indera yang lengkap dengan
fungsi sempurna membuat kita berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Senantiasa
berfikir dengan fungsi otak dan bukan dengan naluri insting. Manusia terlahir
untuk berbuat kebaikan dan bukan keburukan. Hal nyata bahwa kebaikan bukan
hanya milik satu orang namun semua orang. Kamu menghidari manusia lain sama
saja membawa diri ikut terseleksi dalam proses. Maka dari itu, butuh sebuah
pemahaman untuk menyadarkan orang lain sehingga kebaikan akan tercipta, orang
mampu hidup dengan adaptasi sempurna dan konsep manusia dapat diterapkan
sepenuhnya.
Pengkaderan sebagai sebuah metode proses memiliki banyak makna. Pengkaderan
bermakna pembentukan mental didik, pembentukan karakter, tranformasi nilai dan
pengetahuan dan juga bermakna upaya regenerasi. Namun dibalik banyak makna yang
dimiliki tentunya ada satu kesamaan yang melekat sebagai substansi utama yakni
pengkaderan dilakukan sebagai bentuk adaptasi untuk menghadapi dunia baru.
Ketika kamu menghadapi dunia bisnis maka kamu akan terkader sebagai bisnisman.
Ketika kamu menghadapi dunia militer maka kamu akan terkader sebagai manusia
yang kuat dan tegas. Begitu pula dalam dunia kampus/kemahasiswaan, kamu akan
terkader sebagai orang harus paham akan nilai hidup dalam bermasyarakat dan
berbangsa. Itulah makna proses dalam wadah, senantiasa perlu penyesuaian untuk
dapat menguasai lingkungan. Wadah yang dimaksud dalam hal ini adalah
"organisasi".
Analogi kayu dalam api unggun bahwa kayu berperan penting untuk membuat api
tetap menyala, kehabisan kayu akan menghambat terciptanya api lebih baik dan
bahkan akan membuat semuanya padan hingga gelap. Sama halnya dalam
organisasi, proses regenerasi memiliki peran penting dalam kelangsungan
organisasi, bila proses regenerasi tersebut terhambat maka proses berjalannya
organisasasi tidak akan baik. Dalam dunia kemahasiswaan proses regenerasi atau
yang distilahkan sebagai pengkaderan merupakan jantung organisasi.
Keberlangsungan dan keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh tingginya
kualitas kader. Kader yang dimaksud adalah mereka yang menjalankan roda
organisasi secara berkala dan mereka pula lah yang berinteraksi satu sama lain
untuk mengasilkan sebuah proses yang dinamakan proses pengaderan.
Proses pengaderan secara tampilan merupakan hasil interaksi antara pengkader
dengan kader ataupun calon kader. Pengetahuan adalah barang bebas yang
sewaktu-waktu dapat ditransformasikan dalam ruang pengkaderan. Secara umum,
proses pengaderan memuat berbagai muatan mulai dari aspek afektif, kognitif,
maupun psikomotorik. Aspek afektif berkaitan dengan aspek pemenuhan nilai
maupun sikap yang bertujuan untuk pembentukan mental karakter dalam
bermahasiswa. Dalam kehidupan mahasiswa, sikap sebagai pondasi dasar berprilaku
perlu ditanamkan sebagai upaya untuk saling menghargai antara yang muda dengan
yang lebih tua dan dalam kehidupan bermasyarakat pun seperti itu. Aspek
Kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual. Status
mahasiswa mengharuskan seseorang paham bahwa ia harus memilki keunggulan
pengetahuan dibanding masyarakat luar, karena dalam segi fungsi mahasiswa
merupakan penyambung lidah antara masyarakat dan pemerintah. Malu rasanya
ketika dengan label mahasiswa namun tidak punya pengetahuan apapun. Aspek
Psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak. Mahasiswa yang hanya tahu bicara
tapi tidak berketerampilan atau bertindak sama saja dengan layar tv atau radio.
Kemampuan untuk merealisasikan dalam tindakan sangat penting untuk aplikasi
lapangan terutama dalam pengabdian kepada masyarakat.
Dalam pengkaderan semua sangat teratur dan sistematis. Hal ini dilakukan
dalam upaya menghasilkan regenerasi dengan kualitas diatas rata-rata. Semua
individu yang terlibat dalam proses memiliki pemikiran masing-masing, namun
dengan wadah pengaderan pemikiran atau kepentingan itu kemudian bersatu (mind
share) sehingga menghasilkan problem solving. Makna pengkaderan perlu
dilekatkan kepada masing-masing individu sebagai upaya bersama untuk
menciptakan kader untuk organisasi. Secara tertulis, biasanya termuat dalam
Konsep Pengaderan pada Lokakarya.
Layaknya sebuah sebuah pepatah yang mengatakan semakin tinggi pohon semakin
keras hempasan angin yang menerpanya. Makna kutipan ini sebenarnya sering
terjadi dalam pengkaderan kemhasiswaan. Metode yang beragam terkadang membuat beberapa
pihak tertentu kerapkali resisten terhadap kegiatan yang dilakukan. Upaya pengembangan
karakter yang dilakukan sering disalahartikan menjadi sebuah pemaknaan negatif yang
mengarah pada tindakan perpeloncohan ataupun kekerasan fisik semata. Namun,
stigma negative yang muncul tentang pengkaderan tidak akan menghentikan proses
yang ada, karena secara sadar pengakaderan bukan seperti hal yang digosipkan
banyak orang melainkan sesuatu doktrin pemahaman untuk menghadapi dunia baru
dimana didalamnya terdapat orang-orang merdeka dengan ideology Indonesia.
Cerminan anarkis yang banyak dikabarkan media, bukan cerminan hasil dari proses
pengkaderan, namun cerminan sesungguhnya yakni bagaimana saling menjaga dalam
sebuah keluarga kecil.
Pada dasarnya bahwa proses regenerasi menuntun seseorang pada dimensi
kepemimpinan. Membuka jiwa seseorang bahwa semua orang berhak memimpin, semua
orang berhak atas pendapat, semua orang berhak atas lingkungannya dan semua
orang berhak atas negaranya, yang tentunya semua itu sesuai dengan landasan dan
aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pengkaderan bukan sebuah drama dimana
seseorang berusaha menjadi seolah-olah, namun yang terpenting dalam sebuah
proses terdapat keyakinan dalam diri bahwa lakon yang saya mainkan adalah diri
saya sendiri yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Pemikiran seorang pengkader
yang ditanamkan kepada kader bukan semata-mata agar pemikiran kader sama dengan
pengkader, namun terlebih kepada bagaimana pemikiran tersebut mengantarkan kader
kepada kebebasan berfikirnya.
------to be continue -----