Kamis, 04 Juni 2015

MAKNA PENGKADERAN


Semua yang ada di dunia bergerak mengikuti proses begitu juga dengan KAMI.
Alam terseleksi melalui evolusi
Manusia berproses dengan regenerasi

Sebuah keharusan yang terjadi pada seluruh makhluk hidup bahwa semua yang dijalani akan mengarah pada kematian sebagai titik akhir berhentinya proses. Pemaknaan akan proses sangat penting guna menjaga eksistensi gerak dalam mencapai sebuah tujuan. Adanya dinamika yang terus berjalan mengajarkan seseorang sebuah arti "survive" dalam melihat persoalan yang semakin kompleks. Dunia kini tidak lagi sama, bumi semakin tua, manusia semakin serakah, bahkan kita pun tak lagi saling menoleh. Butuh perhatian kecil saat ini sehingga semua dari kita akan tersadar untuk saling menjaga dan membesarkan satu sama lain.

Manusia tercipta sebagai insan cerdas, dilengkapi indera yang lengkap dengan fungsi sempurna membuat kita berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Senantiasa berfikir dengan fungsi otak dan bukan dengan naluri insting. Manusia terlahir untuk berbuat kebaikan dan bukan keburukan. Hal nyata bahwa kebaikan bukan hanya milik satu orang namun semua orang. Kamu menghidari manusia lain sama saja membawa diri ikut terseleksi dalam proses. Maka dari itu, butuh sebuah pemahaman untuk menyadarkan orang lain sehingga kebaikan akan tercipta, orang mampu hidup dengan adaptasi sempurna dan konsep manusia dapat diterapkan sepenuhnya. 

Pengkaderan sebagai sebuah metode proses memiliki banyak makna. Pengkaderan bermakna pembentukan mental didik, pembentukan karakter, tranformasi nilai dan pengetahuan dan juga bermakna upaya regenerasi. Namun dibalik banyak makna yang dimiliki tentunya ada satu kesamaan yang melekat sebagai substansi utama yakni pengkaderan dilakukan sebagai bentuk adaptasi untuk menghadapi dunia baru. Ketika kamu menghadapi dunia bisnis maka kamu akan terkader sebagai bisnisman. Ketika kamu menghadapi dunia militer maka kamu akan terkader sebagai manusia yang kuat dan tegas. Begitu pula dalam dunia kampus/kemahasiswaan, kamu akan terkader sebagai orang harus paham akan nilai hidup dalam bermasyarakat dan berbangsa. Itulah makna proses dalam wadah, senantiasa perlu penyesuaian untuk dapat menguasai lingkungan. Wadah yang dimaksud dalam hal ini adalah "organisasi".

Analogi kayu dalam api unggun bahwa kayu berperan penting untuk membuat api tetap menyala, kehabisan kayu akan menghambat terciptanya api lebih baik dan bahkan akan membuat  semuanya padan hingga gelap. Sama halnya dalam organisasi, proses regenerasi memiliki peran penting dalam kelangsungan organisasi, bila proses regenerasi tersebut terhambat maka proses berjalannya organisasasi tidak akan baik. Dalam dunia kemahasiswaan proses regenerasi atau yang distilahkan sebagai pengkaderan merupakan jantung organisasi. Keberlangsungan dan keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh tingginya kualitas kader. Kader yang dimaksud adalah mereka yang menjalankan roda organisasi secara berkala dan mereka pula lah yang berinteraksi satu sama lain untuk mengasilkan sebuah proses yang dinamakan proses pengaderan.

Proses pengaderan secara tampilan merupakan hasil interaksi antara pengkader dengan kader ataupun calon kader. Pengetahuan adalah barang bebas yang sewaktu-waktu dapat ditransformasikan dalam ruang pengkaderan. Secara umum, proses pengaderan memuat berbagai muatan mulai dari aspek afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Aspek afektif berkaitan dengan aspek pemenuhan nilai maupun sikap yang bertujuan untuk pembentukan mental karakter dalam bermahasiswa. Dalam kehidupan mahasiswa, sikap sebagai pondasi dasar berprilaku perlu ditanamkan sebagai upaya untuk saling menghargai antara yang muda dengan yang lebih tua dan dalam kehidupan bermasyarakat pun seperti itu. Aspek Kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual. Status mahasiswa mengharuskan seseorang paham bahwa ia harus memilki keunggulan pengetahuan dibanding masyarakat luar, karena dalam segi fungsi mahasiswa merupakan penyambung lidah antara masyarakat dan pemerintah. Malu rasanya ketika dengan label mahasiswa namun tidak punya pengetahuan apapun. Aspek Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak. Mahasiswa yang hanya tahu bicara tapi tidak berketerampilan atau bertindak sama saja dengan layar tv atau radio. Kemampuan untuk merealisasikan dalam tindakan sangat penting untuk aplikasi lapangan terutama dalam pengabdian kepada masyarakat. 

Dalam pengkaderan semua sangat teratur dan sistematis. Hal ini dilakukan dalam upaya menghasilkan regenerasi dengan kualitas diatas rata-rata. Semua individu yang terlibat dalam proses memiliki pemikiran masing-masing, namun dengan wadah pengaderan pemikiran atau kepentingan itu kemudian bersatu (mind share) sehingga menghasilkan problem solving. Makna pengkaderan perlu dilekatkan kepada masing-masing individu sebagai upaya bersama untuk menciptakan kader untuk organisasi. Secara tertulis, biasanya termuat dalam Konsep Pengaderan pada Lokakarya. 
Layaknya sebuah sebuah pepatah yang mengatakan semakin tinggi pohon semakin keras hempasan angin yang menerpanya. Makna kutipan ini sebenarnya sering terjadi dalam pengkaderan kemhasiswaan. Metode yang beragam terkadang membuat beberapa pihak tertentu kerapkali resisten terhadap kegiatan yang dilakukan. Upaya pengembangan karakter yang dilakukan sering disalahartikan menjadi sebuah pemaknaan negatif yang mengarah pada tindakan perpeloncohan ataupun kekerasan fisik semata. Namun, stigma negative yang muncul tentang pengkaderan tidak akan menghentikan proses yang ada, karena secara sadar pengakaderan bukan seperti hal yang digosipkan banyak orang melainkan sesuatu doktrin pemahaman untuk menghadapi dunia baru dimana didalamnya terdapat orang-orang merdeka dengan ideology Indonesia. Cerminan anarkis yang banyak dikabarkan media, bukan cerminan hasil dari proses pengkaderan, namun cerminan sesungguhnya yakni bagaimana saling menjaga dalam sebuah keluarga kecil.

Pada dasarnya bahwa proses regenerasi menuntun seseorang pada dimensi kepemimpinan. Membuka jiwa seseorang bahwa semua orang berhak memimpin, semua orang berhak atas pendapat, semua orang berhak atas lingkungannya dan semua orang berhak atas negaranya, yang tentunya semua itu sesuai dengan landasan dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pengkaderan bukan sebuah drama dimana seseorang berusaha menjadi seolah-olah, namun yang terpenting dalam sebuah proses terdapat keyakinan dalam diri bahwa lakon yang saya mainkan adalah diri saya sendiri yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Pemikiran seorang pengkader yang ditanamkan kepada kader bukan semata-mata agar pemikiran kader sama dengan pengkader, namun terlebih kepada bagaimana pemikiran tersebut mengantarkan kader kepada kebebasan berfikirnya.

------to be continue -----








0 komentar:

Posting Komentar