LIFE ADVENTURE

Hidup senantiasa berjalan mengikuti alam yang kian tua .

PERGERAKAN MAHASISWA

Selalu butuh aksi untuk suatu perubahan yang lebih baik.

PRASASTI 010

Terlahir dari Himpunan Mahasiswa Administrasi FISIP UNHAS.

KKN KEBANGSAAN Angkatan I

Inspirasi mempersatukan mahasiswa se-Indonesia untuk pengabdian kepada masyarakat.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 28 Februari 2014

JIWA YANG TERSESAT

JIWA YANG TERSESAT
Oleh : Fahri Ardiansyah T

Mencuri sentuhan mentari pagi hari ini
serasa hangat ketika jemari tak kunjung berhenti menuliskan kata
demi kritik sang tuan di atas
yg tak kunjung henti mencatat sejarah kebiadapan...bagi mereka yang tersesat
mencari jalan keluar yang hilang
menari-nari di atas uang
hingga mereka gila
dan membenturkan kepala di pundak sang ibu
 
hijaunya daun tak lagi berwarna
birunya langit kian memudar
namun justru semangat merah ibarat darah
yang terus terpakai 
terus menghisap bak drakula si legenda
mencari jiwa-jiwa yang berserakan
dan harta yang tersimpan
Untuk perut yang disangka kosong


pidato sang bapak negara ini
menuntut agar mereka kembali
 

Biografi Ahok


Biografi Ahok : Sepertinya untuk saat ini seluruh masyarakat Indonesia tidak asing lagi dengan tokoh pejabat yang satu ini. Pemilik nama lengkap Ir.Basuki Tjahaja Purnama adalah wakil Gubernur DKI Jakarta yang di lantik pada tanggal 18 Oktober 2012. Ahok lahir di Manggar, Belitung Timur 29 Juni 1966 dengan nama Tionghoa Zhong Wanxie. Ahok di karuniai tiga orang putra – putri yang bernama
Nicholas, Nathania, dan Daud Albeenner. Ahok menikah dengan Veronica, S.T.  

Jabatan yang di emban oleh Ahok sebelum di lantik sebagai Wakil Gubernur Jakarta adalah anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat untuk masa kerja 2009-2014. Ketika ia menjabat sebagai anggota DPR, Ahok berasal dari Partai Golkar. Kemudian ia mengundurkan diri ketika mencalonkan diri seiring dengan pencalonannya mendampingi Jokowi dalam Pilgub Jakarta. 

Sebelumnya, Ahok juga menjabat sebagai Bupati Belitung Timur untuk periode 2005-2010. Ahok tercatat sebagai keturunan etnis Tionghoa pertama yang menjabat sebagai Bupati Kab.Belitung Timur. Selanjutnya, Ahok ikut dalam Pilgub guna memperebutkan sebagai orang nomor 2 di Jakarta dengan mendampingi Jokowi, mantan Walikota Solo.  


Pasangan Jokowi – Ahok menjadi pemenang dalam pemilu Gubernur – Wakil Gubernur DKI Jakarta di tahun 2012. Pasangan ini berhasil mengalahkan calon-calon lain dengan meraih suara mayoritas dengan perolehan mencapai 53,82% suara. Bahkan pasangan ini mampu melampoi pesaingnya, Fauzi Bowo.

Biografi Ahok : Lahir

Biografi Ahok : Ahok terlahir dari pasangan Bpk Indra Tjahaja Purnama alias Zhong Kim Nam (Alm) dan Buniarti Ningsih (Bun Nen Caw). Ahok adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik, ialah dr.Basuri Tjahaja Purnama M.Gizi.Sp.Gk (dokter PNS dan Bupati di Kabupaten Belitung Timur), Fifi Lety, S.H, L.L.M (Praktisi hukum), Harry Basuki, M.B.A (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan). Ahok merupakan keturunan etnis Tionghoa – Indonesia asli suku Hakka (Kejia).

Sebelum masuk ke bangku kuliah, Ahok menikmati masa – masa kecil di sebuah desa bernama Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Kemudian, Ahok menimba ilmu di kota Jakarta ketika ia menginjak bangku SLTA, berlanjut sampai ia masuk perguruan tinggi.

Biografi Ahok : Pendidikan

Setelah selesai dari SLTA, ia kemudian kuliah di Universitas Trisakti. Ahok menyelesaikan gelar insinyurnya dari Universitas Trisakti. Ia mengambil jurusan Tehnik Geologi dengan memilih Fakultas Tehnologi Mineral. Pada tahun 1989 Ahok di wisuda dan kembali ke kampung halamannya di Belitung.

Ahok kemudian menyelesaikan S-2 di bidang manajemen keuangan dua tahun kemudian di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya Jakarta. Setelah meraih gelar Magister Manajemen Ahok bekerja di PT.Simaxindo Primadaya di Jakarta. PT.Simaxindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik dengan memegang jabatan sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.  

Sebagai persiapan membangun pabrik miliknya Gravel Pack Sand (GPS), pertama ia mendirikan PT.Nurindra Ekapersada pada tahun 1992. Tiga tahun kemudian, tepatnya 1995, Basuki berhenti sebagai karyawan dari PT.Simaxindo Primadaya. Kemudian Basuki mendirikan pabrik pertamanya di Belitung yang merupakan pengolahan pasir kuarsa di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur.  Tercatat lokasi ini ke depannya akan menjadi kawasan industri dan pelabuhan samudera yang lebih di kenal  dengan Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).

Kawasan Industri Air Kelik (KIAK) pertama kali di bangun pada tahun 2004 dengan menggandeng seorang investor asal Korea. Investor tersebut membangun Tin Smelter atau peleburan bijih timah. Sampai saat ini kawasan industri KIAK terkenal karena menyediakan fasilitas komplek pabrik dan pergudangan yang bertaraf Internasional.

Biografi Ahok : Karir

Dunia politik mulai di jajaki oleh Ahok dengan pertama kali bergabung bersama Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB). Partai ini di dirikan oleh Sjahrir (Alm). Dalam Partai PIB, Ahok berperan sebagai ketua DPC Kabupaten Belitung Timur. Kemudian langkahnya di dunia politik semakin mantap karena berhasil terpilih sebagai anggota legislatif DPRD Kabupaten Belitung Timur untuk masa bakti 2004 – 2009.   

Semasa ada kesempatan untuk menjadi Kepala Daerah untuk menjadi Bupati – Wakil Bupati Belitung Timur untuk masa bakti 2005 - 2010. Ahok maju dengan berpasangan bersama Khairul Effendi,B.Sc yang berasal dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK). Pasangan Ahok – Effendi mampu mengalahkan pasangan lain dengan mengantongi suara mayoritas 37,13% suara. Mereka mampu manjadi pasangan dengan suara mayoritas bahkan di wilayah yang awalnya di kuasai oleh Partai Bulan Bintang (PBB). Namun belum lama Ahok menjabat sebagai Bupati Kabupaten Belitung Timur. Ia kemudian menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi, untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007. Tepatnya Ahok resmi tidak bertugas sebagai Bupati per tanggal 22 Desember 2006.   

Ahok mendapat dukungan penuh dari mantan Presiden K.H Abdurrahman Wahid (Gusdur). Gusdur mendukung penuh langkah Ahok sebagai calon Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007, bahkan Gusdur aktif ikut berkampanye. Sayangnya Ahok masih kalah dari saingannya, Eko Maulana Ali. Ahok juga sempat menulis sebuah buku biografi yang berjudul “Merubah Indonesia”. Sebelum akhirnya Ahok mencalonkan diri pada tahun 2012 sebagi Wakil Gubernur DKI Jakarta dengan berpasangan bersama Joko Widodo.   

Biografi Ahok : Penghargaan

Langkah Ahok yang secara nyata mampu memberikan karya nyata bagi masyarakat langsung mendapat apresiasi dari beberapa kalangan. Pada tanggal 1 Februari 2007, Ahok menerima penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari : Masyarakat Transparansi Indonesia, KADIN, serta Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara.

Pelayanan yang di rasakan oleh masyarakat adalah di bidang kesehatan dan pendidikan yang di gratiskan. Apresiasi ini juga sebagai bukti bahwa Ahok telah mengikis kemungkinan korupsi yang bisa saja di lakukan oleh pemerintah daerah karena banyak tunjangan yang harusnya di nikmati oeh pejabat, di alihkan untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Majalah Tempo juga menganugrahinya 10 Tokoh yang mampu mengubah Indonesia.

AT SEMERU (Life is Adventure)






SEJARAH, FALSAFAH, ARTI, TUJUAN SASARAN KULIAH KERJA NYATA (KKN) KEBANGSAAN

SEJARAH, FALSAFAH, ARTI, TUJUAN SASARAN
KULIAH KERJA NYATA (KKN) KEBANGSAAN


1.      Sejarah KKN Kebangsaan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) muncul dari konsep atas kesadaran mahasiswa sebagai calon sarjana untuk dapat memanfaatkan sebagian waktu belajarnya menyumbangkan pengetahuan dan ilmu yang telah diperolehnya secara langsung dalam membantu memecahkan dan melaksanakan pembangunan di dalam kehidupan masyarakat.
Dari berbagai pengalaman menunjukkan bahwa peranan mahasiswa dalam berbagai kegiatan telah memberikan bukti-bukti serta memperkaya akan arti dan peran mahasiswa sebagai tenaga kerja terdidik dalam berbagai aspek kegiatan pembangunan. Tiga Perguruan Tinggi pada tahun 1971, yaitu Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Andalas (Unand), pada awalnya melaksanakan kegiatan yang merupakan proyek perintis yang dikenal dengan "Pengabdian Mahasiswa kepada Masyarakat". Makna dan arti penting yang terkandung dan kegiatan tersebut semakin dipertegas setelah Presiden RI pada acara Dies Natalis UGM bulan Februari 1971 menyatakan antara lain: "………………..agar setiap mahasiswa belajar di Desa dalam jangka waktu tertentu. tinggal dan bekerja membantu masyarakat pedesaan. memecahkan persoalan pembangunan sebagai bahan dari kurikulumnya".
Dirjen Pendidikan Tmggi akhimya berkesimpulan untuk mengembangkan suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa di perguruan tinggi secara nasional, dengan melaksanakan Seminar Nasional di Yogyakarta pada tanggal 17-18 Nopember 1972 yang membahas Proyek Perintis "Pengabdian Kepada Masyarakat" diikuti oleh 13 Perguruan Tinggi dari 3 Universitas Perintis ditambah dengan 10 perguruan tinggi diikutkan pada tahun akademik 1973/1974, dan disepakati kegiatan tersebut diberi nama Kuliah Kerja Nyata. Dengan demikian pertama kalinya program KKN dilaksanakan pada tahun akademik 1973/1974 oleh 13 Perguruan Tinggi, kemudian tahun 1974/1975 diperluas menjadi 15 perguruan tinggi.tahun 1975/1976 menjadi 29 perguruan tinggi. Sejak tahun 1976/1977 semua Perguruan Tinggi Negeri dan sebagian besar perguruan tinggi swasta telah menyelenggarakan KKN.
Pengalaman, pemikiran, dan berbagai informasi yang ada, maupun berbagai hasil evaluasi yang selalu diadakan terhadap pelaksanaan KKN di Perguruan Tinggi Negeri secara ilmiah mengungkapkan bahwa KKN rnemberikan manfaat dalam proses belajar baik bagi mahasiswa maupun masyarakat di dalam menangani dan memecahkan masalah-masalah pembangunan kemasyarakatan. Karena itu KKN sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler bagi mahasiswa program S1 dilaksanakan dalam bentuk pengintegrasian antara kegiatan-kegiatan Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian.serta Pengabdian kepada Masyarakat secara interdisipliner.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perguruan tinggi di Indonesia yang telah menjadikan mata kuliah KKN sebagai mata kuliah wajib, karena kegiatan KKN dirasakan sangat memberikan manfaat kepada mahasiswa, perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah.  Hal ini juga di dorong oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pendidikan Tinggi yang menfasilitasi adanya pelatihan-pelatihan tentang KKN dan Hibah kompetisi untuk kegiatan-kegiatan KKN.  Pengelola KKN di berbagai perguruan tinggi juga aktif dalam mengembangkan berbagai bentuk KKN-PPM dan kerjasama  dengan berbagai pihak, seperti dengan berbagai kementerian, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan swasta, dan juga lembaga-lembaga internasional.
Pelaksanaan KKN sudah menjadi kegiatan nasional, dimana beberapa perguruan tinggi tidak hanya melaksanakan KKN di wilayah lokasi perguruan tingginya, tetapi juga ke berbagai daerah, provinsi dan kabupaten di Indonesia, termasuk ke wilayah-wilayah daerah tertinggal, terpencil dan wilayah perbatasan negara Indonesia.  Antar perguruan tinggi juga sudah terjalin kerjasama untuk melaksanakan KKN Bersama, pertukaran mahasiswa KKN, dll. 
Semangat dalam pengembangan kegiatan KKN dan kolaborasi antar perguruan tinggi tersebut, perlu didukung dan ditindaklanjuti dalam satu wadah kegiatan yang lebih besar dan bersifat nasional, yaitu “KULIAH KERJA NYATA KEBANGSAAN (KKN KEBANGSAAN)”.

2.      Falsafah KKN Kebangsaan

Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan (KKN Kebangsaan) adalah KKN yang dilaksanakan secara nasional oleh perguruan tinggi di Indonesia dengan pendekatan lintas keilmuan pada suatu waktu dan daerah tertentu dengan mengangkat tema yang bersifat strategis. 
Kegiatan nasional ini akan dilaksanakan setiap tahun, dan diharapkan dapat dijadikan salah satu model pembelajaran pendidikan karakter bagi para mahasiswa.  KKN Kebangsaan akan melibatkan berbagai stakeholder (Warga dan Pemerintah Daerah setempat, TNI, Polri, bahkan perusahaan-perusahaan melalui program CSR). Dengan demikian, melalui KKN Kebangsaan ini, diharapkan berbagai pihak diajak bersama-sama peduli membangun daerah sekitarnya menjadi daerah yang lebih baik.

3.  Tujuan

Tujuan pelaksanaan KKN Kebangsaan adalah :
a.       Meningkatkan semangat NASIONALISME dan rasa persaudaraan mahasiswa se Indonesia
b.  Mendorong dan memacu pembangunan nasional dengan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
c.     Meningkatkan peran dan kontribusi nyata perguruan tinggi dan mahasiswa dalam pembangunan nasional
d.       Mengembangkan wawasan, karakter dan soft skill mahasiswa
e.     Menanamkan jiwa dan nilai-nilai kebersamaan, kemandirian, etos kerja dan tanggung jawab

4.  Sasaran

Pada dasarnya kegiatan KKN Kebangsaan diarahkan kepada 3 sasaran, yaitu
a.     Mahasiswa
1)       Membentuk jiwa nasionalisme, persatuan dan kesatuan
2)       Memperdalam pengertian, penghayatan, dan pengalaman mahasiswa tentang ke-bhinneka tunggal ika-an
3)    Mendewasakan pola pikir mahasiswa dalam setiap menganalisis dan menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat secara pragmatis ilmiah.
4)    Membentuk sikap dan rasa cinta, kepedulian sosial, dan tanggung jawab mahasiswa terhadap kemajuan masyarakat.
5)   Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan program-program pengembangan dan pembangunan.
6)       Membina mahasiswa agar menjadi seorang inovator, motivator, dan problem solver.

Dengan mengikuti kegiatan KKN Kebangsaan, mahasiswa diharapkan akan memperoleh pengalaman hidup bermasyarakat dan dapat menerapkan pengetahuan akademik. Keberhasilan program kegiatan diukur dari sejauh mana mahasiswa mempunyai pemahaman permasalahan yang ada dalam masyarakat, mencari alternatif solusinya, melakukan sosialisasi, komunikasi, dan koordinasi dengan berbagai pihak, untuk merealisasikan solusi yang dipilihnya.

b.     Perguruan Tinggi

1)      Perguruan Tinggi lebih terarah dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan, dengan adanya umpan balik sebagai hasil integrasi mahasiswa dengan masyarakat. Dengan demikian, kurikulum perguruan tinggi akan dapat disesuaikan dengan dinamika masyarakat.
2)  Perguruan Tinggi dapat menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah atau lembaga lainnya dalam pengembangan IPTEKS.
3)    Perguruan Tinggi dapat mengembangkan IPTEKS yang lebih bermanfaat dalam pengelolaan dan penyelesaian berbagai masalah di masyarakat.
4)       Sinergi antara PT dalam menjalankan tri-dharma perguruan tinggi dalam rangka transformasi IPTEKS kepada masyarakat dan pemerintah daerah.

c.      Masyarakat dan Pemerintah

1)    Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga untuk merencanakan serta melaksanakan pembangunan dan pengembangan masyarakat.
2)       Memperoleh pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan dalam pemberdayaan masyrakat dan daerah.
3)       Membentuk kader-kader pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.


The Living Ideology (PANCASILA)

The living Ideology

Di era globalisasi ini ataupun di era saat ini dimana sebagian daripada kita merasa era ini adalah surga baginya, ladang dari segala penghasilan mereka dan juga puncak dari penampilan mereka. Kenapa tidak karena secara tidak langsung tidak sedikit orang berlomba-lomba untuk menc
apai kejayaannya masing-masing. Hal ini disebabkan tidak tertanamnya ideology pancasila yang dikatakan sebagai the living ideology dalam falsafah pancasila kita. Pertanyaan mendasar bagi bangsa Indonesia  semua adalah, apakah kita telah melaksanakan pancasila dengan benar, ataukah apakah pancasila sudah dijadikan sebagai the living ideology, atau jangan sampai kita masih banyak menggunakannya cuman sekedar sebagai retorika, penghias sebuah pidato, ataupun pelengkap suatu upacara semata. Karena harusnya kalau memang pancasila dijadikan sebagai ideology kita, pedoman hidup berbangsa kita, ataupun kepercayaan kita, harusnya nilai pancasila mampu mendorong bangsa ini untuk secara kolektif mencapai suatu tujuan. Tapi fakta yang terjadi, bahwa di era global ini kesaktian pancasila di hancurkan oleh bangsa yang menganutnya sendiri.  Mengapa semua ini bisa terjadi karena pancasila tidak  diamalkan sebagai landasan etis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya, landasan dalam etika pemerintahan, etika di kalangan pemuda, maupun masyarakat guna memahami fenomena sosial yang terjadi.

Dalam wilayah birokrasi, pemerintahan kita juga sering mengatasnamankan pancasila dalam tutur katanya, apakah itu dalam pidato politiknya maupun diskusi hebatnya dihadapan masyarkat. Namun realitas  dalam birokrasi Negara ini, tidak sesuai dengan apa yang ada dalam nilai pancasila, korupsi, lebih mengutamakan pembangunan yang menggusur rakyat kecil, dan sebagainya. Kebijakan-kebijakan sekarang ini pula banyak yang tidak pro rakyat yang mengakibatkan banyak orang miskin baru. Di bidang pendidikan, mahalya ppendidikan, di bidang kesehatan, mahalnya biaya berobat, bidang ekonomi, tidak stabilnya harga barang, dan sebagainya. Namun birokrasi kita juga sering dengan lantang menyerukan agar semua masyarakat mengamalkan pancasila. Dalam kaitan ini timbul pertanyaan, Bagaimana sebagian tertentu dari warga Negara akan berbincang tentang pancasila dalam keadaan hidup mereka yang miskin dan tertekan ? atau sebaliknya. Bagaimana pancasila akan berbicara masalah keadilan atas nama rakyat yang mengalami ketidakadilan ?. Yang juga banyak diperbincangkan ialah empat pilar kebangsaan kita yakni pancasila, UUD 1945, NKRI, dan bhineka tunggal IKA. Ketakutan saya jangan sampai hal seperti ini lagi-lagi hanya menjadi slogan ataupun jargon politik. Kalau menurut saya Pancasila ini cenderung dijadikan dasar dari pada suatu bangsa karena dalam pilar-pilar lain sudah ada makna dari pancasila itu sendiri. Terkadang pula pejabat terlihat cerdas dalam memainkan media informasi yang seharusnya menjadi media untuk mewujudkan cita-cita dalam pancasila.

Dalam wilayah pemuda hari ini, yang harusnya menjadi generasi terdepan bagaimana nantinya mengatarkan masyarakat kedalam nilai-nilai pancasila. Namun masih tergerus oleh kebiasaan-kebiasaan di luar daripada nilai pancasila. Yang jelas terlihat, yakni budaya santai . Budaya santai ini terlihat antara lain, kemalasan membaca, rendahnya dorongan untuk belajar karena tidak menjadikan sebagai suatu kebutuhan yang menyenangkan tetapi dianggap sebagai beban, apalagi orientasi kita sekolah hanya untuk mendapatkan ijazah,  bukan pengetahuan. Efeknya apa, kemiskinan dan keterbatasan akan pengetahuan ilmu. Jadi jangan terlalu mengkritisi perusahaan maupun instansi lainya bilamana ada tenaga kerja asing didalamnya, karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan kita dalam mengelolah sumber daya. Masalah lainnya adalah pemuda hari ini selalu mengedepankan ras, suku ataupun golongannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya perkelahian antardaerah, prilaku geng motor, pengelompokan antar yang kaya dan miski, bahkan pergaulan yang melihat dari ras mana mereka. Ini sebenarnya adalah fenomena sederhana yang terjadi yang tidak sesuai dengan nilai pancasila. Pancasila tidak mengenal kalian dari golongan mana, agama apa suku apa, dan ras mana. Tetapi pancasila mencoba menghadirkan persatuan untuk semua perbedaan yang dimiliki tadi. Fenomena sederhana lagi yang terjadi yakni budaya minder,  cara  berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat, karena merasa kurang gaul ketika tidak mengikuti tren global. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Pertanyaan yang timbul bahwa, adab kita dimana ?  budaya bangsa kita sebagai orang timur dimana ?. Apalagi aliran hedonisme atau yang mengutamakan kenikmatan hidup  terus berkembang yang menjadi saingan dari pada nilai pancasila itu sendiri. Orang bersifat individualis, padahal pancasila mengajarkan kemanunggalan ataupun kesatuan sebagai suatu bangsa.

Dalam fenomena sosial masyarakat, justru pancasila biasanya lebih tercermin pada masyarakat yang lingkungan sosialnya lebih sederhana  dibandingkan lingkungan sosial yang rumit. Contoh kecilnya Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku, bangsa Indonesia adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat sendiri dalam mengatur tata kehidupan mereka. kebisaaan tolong menolong antara sesama masyarakat, gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau membantu (menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti materialistik, kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai oleh bangsa Indonesia, karena tidak memungkinkan tercapainya keadilan / kesejahteraan sosial.

Fenomena sosial yang terjadi pula ialah orientasi materialistic yang bersifat vulgar, yang ditandai oleh gejalah keserakahan, dimana materi ditempatkan sebagai dewa dan semua bentuk untung rugi dikonversi menjadi uang. Jabatan tidak lagi dilihat dari sisi pragmatisnya namun lebih kepada apa keuntugan materi yang dihasilkan. Dalam masyarakt pula, sudah banyak orang yang memberi harga terlalu tinggi pada kekayaan materi. Seseorang dihargai karena kaya, tidak menjadi soal darimana kekayaan itu berasal. Dalam konteks ini kekayaan tidak lagi dilihat sebagai simbol dari kerja keras, tapi keberuntungan. Jadi banyak kolusi, korupsi adalah hal yang wajar. Bagi orang yang miskin dilihat sebagai ketidakberuntungan, tidak menjadi soal apakah mereka bekerja keras.


Inilah berbagai masalah yang terjadi sehingga pembudayaan Pancasila sulit untuk di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa yang besar dengan keberagaman budaya, daerah yang dipisahkan oleh luasnya perairan, maupun sumber daya yang melimpah tentu dalam keadaan idealnya telah membawa kita sebagai bangsa yang di segani oleh bangsa lain. Namun toh faktanya kita hanya berdiri secara statis dan ideology yang sudah terbangun menjadi sia-sia. Tentunya yang menjadi sumber solusi adalah pancasila itu sendiri, kesaktian dari pancasila tentunya bisa dimanfaatkan guna mencapai cita-cita bangsa kita.

Penulis : Fahri Ardiansyah 

GENERASI MALL VS GENERASI GADGET (Penulis ; Fahri Ardiansyah)

Cita-cita akan kehidupan masa depan selalu menggambarkan wujud yang ideal, penciptaan masyarakat yang sejahtera, kehidupan yang adil dan makmur, serta tingkat pendidikan yang lebih maju. Namun gagasan akan masa depan ini harus tertantang dengan perkembangan global yang menuntut setiap orang untuk eksis di bidang apapun. Gambaran lain tentang masa depan yang diberikan oleh futuris Alvin Toffler adalah abad ke-21 mendatang  akan diwarnai dengan abad informasi. Ramalam Alvin Toffler ini seakan memperoleh pembenaran dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih, seperti teknologi internet, system cetak jarak jauh, dsb. Sedangkan Nostradamus dan John Naisbit meramalkan, bahwa dalam melinium ketiga ini Asia akan menjadi pusat perhatian dunia, selain Amerika dan kesadaran diri orang Asia sangatlah pragmatis, bahkan cenderung melulu ekonomi.
Pada masa sekarang ini pun ramalan itupun sedikit-demi sedikit mulai menujukkan fenomenanya. Individu pada era modern cenderung menuntut lebih bebas, otonom, ingin serba cepat, serba ada, dan serba nyaman. Di lain pihak kemajuan teknologi yang makin canggih, seakan berusaha menjawab seluruh tuntutan hidup manusia. Semakin jelas gambaran akan masa depan dimana generasi muda sebagai pemiliknya. Maka dari itu yang dibutuhkan sekarang bukan cara untuk menghindarinya namun bagaimana menemukan strategi untuk menghadapinya ditengah-tengah konflik yang kian padat.

Terbitlah Generasi Mall
Salah satu fenomena remaja yang khas dan menonjol sejak pertengahan dekade 1990-an adalah lahirnya generasi mall, yaitu kecenderungan remaja menghabiskan waktunya untuk kongkow-kongkow di mall-mall sambil mejeng, ngrumpi, dan berfantasi tentang kehidupan yang serba enak dan nyaman, atau makan makanan cepat saji. Apalagi waktu produktif yang disediakan dimanfaatkan untuk sekedar berfantasi ria dengkan kehidupan yang sama sekali tidak prodektif. Wabah ini bukan hanya tertularkan pada pelajar tingkat menengah namun sampai pada level pelajar tertinggi. Akibatnya konsumsi pelajar kita lebih banyak kepada wacana style dibandingkan ilmu pengetahuan yang kemudian berkamuflase sebagai budaya baru hingga akhir decade abad 20-an.
Seakan sudah menjadi fenomena biasa tampilan ala model seksi papan atas yang masuk pada setiap dimensi sosial masyarakat yang turut mewarnai pudarnya moralitas bangsa. Hal ini pula yang kemudian membawa kecemasan akan mudahnya tidak eksploitasi keremajaan yang semakin tahun semakin meningkat.  Meskipun fenomena keremajaan seperti itu sekarang semakin kompleks karena mendapat stimulus dari media massa cetak dan elektronik yang cukup besar, tetap saja itu bukan fenomena baru dan khas. Remaja merokok, berkelahi, dan teler itu semua merupakan fenomena lama, hanya saja perkembangan yang ada sekarang semakin mempermudah akses remaja untuk memperoleh barang-barang tersebut dan ditunjang dengan pemberitaan media massa yang makin gencar, sehingga seolah-olah merupakan fenomena baru.
Generasi Gadget sebagai ikon baru
Fenomena akhir abad ke-20 ditandai dengan tambahan variasi trend dengan munculnya generasi gadget / phone). Gambaran khas dari generasi ini ialah pola konsumerisme yang tinggi akan kebutuhan gadget. Topic yang sering diperbincangkan oleh kalangan pelajar bukan lagi tentang arah pengembagan keilmuannya tetapi merujuk kepada info gadget terbaru. Untuk area Universitas, budaya diskusi keilmuan yang dulunya menjadi ciri khas semakin tergeser dan sekarang di anggap asing. Mereka yang sekarang membicarakan topic keilmuaan dianggap sebagai orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman dan dianggap terlalu primitive/kampungan. Pertanyaannya kemudian mengapa standar primitive seseorang diukur dengan penampakan materi yang mewah yang dia sendiri hanya tahu menggunakannya namun belum tahu cara membuatnya. Ini efek globalisasi dimana pasar dunia mulai menyerbu Indonesia sebagai salah satu konsumen terbesar.
Dampak terbesar dari kehadiran generasi mall dan generasi telpun gadget/handphone ini adalah meningkatnya pola konsumerisme di kalangan remaja yang sekaligus melahirkan gaya hidup baru yang disebut sebagai budaya mall, yaitu suatu budaya yang mengambil wacana dunia mall: pakaian serba ketat, seksi, mahal-mahal, trendy, suka makan makanan cepat saji, suka yang serba instan, dan mengembangkan bahasa gaul yang hanya bisa dimengerti oleh kelompok mereka sendiri. Eksisnya budaya mall dan gadget ini menunjukkan bahwa dunia kapitalis semakin kokoh, yang membawa kita menilai sesuatu bukan lagi pada segi fungsionalnya namun terlebih kepada bentuk pencitraan semata dengan mengedepankan simbolik (mahal atau tidaknya)Apalagi aksesoris yang identik dengan kemoderenan yang lebih mengedepankan simbol daripada konsistensi fungsionalnya. Tidak mengherankan apabila aksesoris kemoderenan ini tidak otomatis memperlihatkan konsistennya, seorang penguna jam tangan modern dengan harga selangit namun sering terlambat /tidak tepat waktu. Jadi di sini ada jarak dalam mempersepsi produk-produk tersebut antara si perancangnya dengan si konsumen yang masih remaja. Si perancang mendesign barang-barang tersebut untuk membantu terciptanya efisiensi waktu, tapi oleh konsumen dipersepsi sebagai simbol kemodernan.
Berkembangnya generasi mall ini seakan-akan memunculkan eksklusivisme terhadap kaum-kaum remaja. Meraka yang tidak tergabung pada generasi mall dan gadget (entah tidak suka atau tidak mampu menjangkau) merasa terpinggirkan karena kurang paham akan topic pembicaraan maupun idiom gaul yang bisa dipakai.
Munculnya rasa minder diantara sebagain remaja karena kesalahan persepsi akan dunia kemoderenan. Bahwa remaja yang modern adalah remaja yang masuk ke dalam generasi mall n gagdet, yang disimbolkan dengan pakaian ketat, seksi, mahal, punya hand phone, dan memiliki bahasa gaul tersendiri. Remaja yang lugu, sederhana, tidak berpakaian seksi, tidak memiliki hand phone, dsb., meskipun pintar, kreatif, rajin, dan kritis tidak dianggap modern. Jadi kemodernan bukan dimengerti pada tataran pola pikir dan tingkah laku, tapi pada simbol-simbol materialistik. Sangat miris ketika mengikuti trend pemikiran seperti ini. 
Yang senyatanya bahwa orang modern adalah orang yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi akan dunia pengetahuan, teknologi dan fenomena sosial. Yang bukan hanya tahu membeli dan memakai tetapi terlebih kepada pemaknaan fungsional bukan simbolik. Harusnya pelajar sekarang tahu bagaimana memanfaatkan pemikirannya untuk meningkatkan kualitas SDM masing-masing dan bersaing menjadi yang ter-modern. Bukan malah menciptakan kelas sosial baru yang mulai ikut bersaing dengan teori kelas marx.
 Siapa yang cerdas dia yang modern. Oleh sebab itu yang terpenting adalah mencoba memberikan sumbangan semampunya, dari pada tidak sama sekali, seperti dinasehatkan oleh almarhum Bung Kano:

Yang terpenting bagi seseorang
adalah terus dan selalu
mengerjakan
sebaik mungkin segala sesuatu
yang ia anggap benar

Apa dan bagaimanapun hasil akhir 
dari pekerjaan itu, .....

Serahkanlah pada Tuhan!

Mungkin tercapai 100%,
Mungkin setengah tercapai,
Mungkin pula tidak tercapai
Sama sekali menurut
keinginanmu........
Itu tidak penting!

Engkau harus yakin
telah mengerjakan
Dengan sebaik-baiknya

Dengan demikian
engkau tidak menyesal
Dan percayalah, ...........
Bahwa keputusan Tuhan adalah 
terbaik untukmu